Chapter 4 Sepatu Kaca Cinderella

Esoknya saat gw bangun, gw liat jarum jam yang tergantung pada dinding
diatas pintu kamar gw sudah nunjukin pukul 8,
itu artinya sudah sangat terlambat buat berangkat sekolah

Gw liat winda masih tergulai lemah dalam tidurnya,
sesekali dia menarik nafas panjang.
Wajahnya begitu polos...
Akan Jauh berbeda saat dia bangun nanti.

Seakan nggak tega membangunkannya,
Gw berlalu keluar kamar setelah merapikan karpet dan selimut yang gw
jadikan tempat tidur tadi malam.


"Klik"
suara pintu yang baru saja gw tutup..
Saat gw keluar kamar, auranya terasa damai sekarang.
Rencana gw balas dendam ke winda sukses!
Yaah, walaupun gw tau tuh nenek lampir nggak bakal bisa berubah sifatnya,
tapi se enggaknya gw bisa merasakan sensasi kemenangan dihati gw!
Huahahahaha (ketawa jahat)



seperti biasa kebiasaan gw di pagi
hari hanya duduk duduk di balkon atau depan rumah sekedar menikmati
alam sekitar bersama seduhan kopi hangat yang masih mengeluarkan asap
tipisnya.
Memandangi beberapa tumbuhan yang mulai bangkit dari tidur malam...
Hari ini gw kembali bersantai karna nggak sekolah
karna percuma juga berangkat kalau paling diusir nanti sama penjaga gerbangnya.


Tiba tiba saja terlintas dalam kepala gw untuk memetik selembar daun
teh yang basah karena embun dipagi hari.
Percayakah kalian jika ada sebuah cinta pada embun pagi yang mengalir
dari hijaunya pucuk daun teh.
Kalian tahu, ketika kita sibuk memandanginya kenangan indah itu datang sendiri.
Bukan hanya kemarin, namun sangat jauh dari masa lalu

Rasanya gw kangen masa masa dulu waktu belum datang kesini,
gw selalu bertindak bebas tanpa beban dalam pundak gw.
Namun semenjak gw disini, hal itu hilang...
Dika kecil itu akhirnya mengikuti hukum alam yang baru.

"Glek...glek...glek..."
gw tenggak habis kopi gw hingga menyisakan ampasnya
lalu gw lanjutin aktivitas pagi gw nyapu halaman rumah


dan setelah hampir satu jam gw nyapu, rasanya perut gw mulai menagih
jatah sarapanya
Akhirnya gw pergi beli lauk di warteg deket terminal pasar
buat sarapan gw sama winda,
karna cuma warung itu yang sudah buka sejak pagi buta,
biasanya sih menyediakan makanan buat para sopir truk yang bekerja semalaman.

Hampir tiap hari gw beli lauk buat makan gw
Karna winda yang bisa masak gak mau masak buat makan kita.
Ya begitulah dia, didepan orang tua selalu bersikap manis...
Di hadapan gw dia bersikap sinis...

Mungkin beginilah nasip gw,
uang jajan pemberian mama yang seharusnya buat uang saku sekolah harus
gw guna'in buat makan sehari hari.
Akibatnya selama sebulan gw harus lebih irit lagi.



"Klik"
membuka pintu kamar gw,
dan mendapati winda yang masih tertidur dibalik selimut biru bergambar
CHELSEA milik gw.

"Nda... Nda bangun nda"

"heeeeemmhhh" menutupi kepalanya dengan selimut


kelakuan loe nda, dengan semua sifat manja loe...
Dan semua sifat buruk loe,
terkadang gw lupa pada dasarnya loe tetaplah seorang wanita
dan hal itulah yang selalu bikin gw kewalahan menghadapi loe
yang selalu membuat gw berfikir lebih baik mengalah saja.

Sejenak gw berniat membangunkan winda,
dan saat itulah gw sadar dia masih sangat nyaman bersembunyi dibalik selimut gw.



Pagi itu gw sarapan seadanya dengan lauk yang baru gw beli,
sampai akhirnya ada sepatu jatuh di atas meja

"Praaang"

sepatu itu mengenai piring makan gw

"Kenapa loe nggak ngebangunin gw!"

terlihat winda yang baru bangun dari tidurnya dengan muka yang masih
berantakan, berdiri menghadap gw

"Apa'an sih loe nggak sopan banget ada orang lagi makan" protes gw
melihat nasi dan lauk yang baru gw makan beberapa sendok sudah
berantakan

"terserah! Inikan rumah gw, napa loe nggak ngebangunin gw!" kembali
lagi winda berteriak menanyakan hal yang sama kepada gw

".........." gw cuma diem memunguti pecahan piring yang hancur di lantai


"budeg!"
winda berlalu meninggalkan gw yang masih sibuk memunguti satu demi
satu pecahan piring itu


Sumpah ya, hati gw gondok banget ngeliat tingkahnya yang sudah sangat kelewatan
Winda begitu egois, masih seperti anak kecil...
Hanya umurnya aja yang udah gede

Beginilah hari hari gw dirumah ini
Dan hari hari berikutnya sama aja
Kesialan gw di rumah ini sama seperti hari hari biasanya

malahan sekarang winda bawa temen temenya ke rumah buat sekedar nemenin tidur

No comments:

Post a Comment